Text

Hubungan mutasi kodon 76 gen plasmodium falparum chloroquine resistance transporter (Pfcrt) dengan kegagalan pengobatan pada malaria falsiparum di Alor, Nusa Tenggara Timur.

Ruang Lingkup dan cara penelitian: Resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin dihubungkan dengan mutasi titik gen Pfcrt sehingga diduga menyebabkan meningkatnya efflux klorokuin dari vakuola makanan. Penelitian pada beberapa negara secara m vivo memberikan hasil yang berbeda pada daerah yang berbeda. Indonesia adalah salah satu negara endemik malaria dimana penggunaan klorokuin sejak lama telah memacu timbulnya resistensi dan saat ini hampir 50 % P. falciparum telah resisten terhadap klorokuin. Untuk menentukan apakah klorokuin masih dapat dipakai sebagai first line therapy, diperlukan analisa mutasi Pfcrt yang berguna untuk memberikan masukan dalam kebijakan pengobatan di suatu daerah. Sampel penelitian ini adalah P. falciparum yang didapat dari pasien yang datang berobat ke Puskesmas Kenarilang (Alor) kemudan diberi klorokuin 25 mg/kgbb selama 3 hari dan dilakukan pengamatan selama 28 hari. Dari spot darah pasien, DNA P. falciparum diekstrak dengan menggunakan metode chelex dan selanjutnya dilakukan amplifikasi DNA dengan primer yang menyandi gen Pfcrt. Hasil amplifikasi dipotong dengan menggunakan enzim restriksi untuk melihat adanya mutasi. Hasil dan Kesimpulan: Angka endemisitas malaria di Alor sebesar 65,9 % (192/292) dengan prevalensi malaria falsiparum sebesar 28,9 % (87/292) sebagai infeksi tunggal dan 4,4 % (13/292) sebagai infeksi campur. Sedangkan angka kegagalan pengobatan sebesar 65 % (26/40) dan diantaranya disebabkan oleh resistensi parasit terhadap klorokuin sebesar 56,3 % (18/32). Mutasi pada kodon 76 Pfcrt memperlihatkan hubungan yang sangat bermakna dengan kegagalan pengobatan (p < 0,05). Semua penderita yang gaga! dalam pengobatan (resisten) temyata mengandung parasit yang mengalami mutasi pada gen Pfcrt sebesar 100 % (18/18). berdasarkan kriteria WHO, Alor dimasukkan ke dalam kategori “change period". Dengan demikian penggunaan klorokuin sebagai obat pilihan pertama pada pengobatan malaria falsiparum di Alor sudah selayaknya dievaluasi kembali. Walaupun belum ideal, namun penggunaan terapi kombinasi artemisin dengan amodiakuin dapat dijadikan sebagai pilihan pertama pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2004
Pengarang

Meizi Fachrizal Achmad - Nama Orang
Inge Sutanto - Nama Orang
Rawina Winita - Nama Orang
Joedo Prihartono - Nama Orang

No. Panggil
TWC770A179k2004
Penerbit
Jakarta : S2 Program Studi Ilmu Biomedik.,
Deskripsi Fisik
xi, 88 hal; ill., 30 cm; Lamp. 3
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
TWC770A179k2004
Edisi
-
Subjek
-
Info Detail Spesifik
-
TWC770A179k2004TWC770A179k2004Perpustakaan FKUITersedia
Image of Hubungan mutasi kodon 76 gen plasmodium falparum chloroquine resistance transporter (Pfcrt) dengan kegagalan pengobatan pada malaria falsiparum di Alor, Nusa Tenggara Timur.

Related Collection